Presiden Joko Widodo menyatakan dunia sekarang ini sedang menghadapi disrupsi dan revolusi industri jilid ke 4, Revolusi Industri 4.0, yang membuka peluang terjadinya perubahan yang sangat besar, tiba-tiba, dan mengejutkan.
Perubahan itu, menurut Presiden, adalah perubahan yang ultranormal, tidak normal, dan dunia memang sekarang ini sedang mencari normal yang baru. Dalam situasi yang disrupsi ini, menurut Presiden, justru membuka peluang bagi pendatang baru di ekonomi digital untuk berkompetisi dengan yang lainnya.
“Inilah terbukanya kesempatan bagi yang kecil untuk mencuri kesempatan dalam situasi seperti ini, membuka kesempatan bagi anak-anak muda yang kreatif, yang inovatif untuk menyalip di tikungan,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada Pembukaan Digital Startup 2018 di Kartika Expo, Balai Kartini, Setiabudi, Jakarta, Jumat (7/12/2018) pagi.
Menurut Presiden, anak-anak muda sekarang ini diberi kesempatan untuk menyalip di tikungan. Hanya masalahnya, mereka mau menyalip atau tidak. Ia menyebutkan, yang dibutuhkan adalah sebuah kerja keras, inovasi, dan keberanian untuk bermimpi besar.
“Saya kira kalau penguasaan teknologi anak-anak muda kita sudah enggak kalah dan orientasinya adalah sociopreneur, memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat, mencarikan solusi-solusi yang ada di masyarakat,” ujar Presiden.
Tidak Mungkin Pemerintah
Presiden menjelaskan, ekonomi digital global tumbuh 2 kali lipat dari kurun 2000-2016 dan tumbuh 2,5 kali lipat dibandingkan pendapatan (PDB) dunia. Artinya, lanjut Presiden, peluang di sini besar, dengan asumsi diperkirakan di 2025 ekonomi digital akan mencapai USD23 triliun.
“Silakan hitung sendiri jumlahnya total berapa berarti, USD23 triliun dirupiahkan itu akan setara dengan 24,3% PDB dunia, besar sekali,” tegas Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengingatkan perlu diperbanyak inkubator dan akselerator, karena startup-startup tersebut memang membutuhkan itu. Ia juga mengingatkan, ekosistem yang harus digarap tidak hanya di online tetapi juga di offline.
“Dua-duanya ini harus berkolaborasi, enggak bisa hanya urusan yang online saja, enggak bisa,” tutur Presiden.
Kepala Negara memberi contoh, minggu lalu dirinya bertemu dengan para pelaku usaha mikro dan usaha supermikro di kampung, yang menjual pisang goreng, makaroni, dan nasi uduk.
Problemnya, menurut Presiden, pemasaran produknya hanya dilakukan di rumah, di gerobak di depan rumah. Mereka tidak membangun brand dan tidak memiliki kemasan yang baik.
“Hal-hal seperti ini juga harus ada yang ngerjain, offline-nya ada yang ngerjain. Bagaimana membuat sebuah packagingyang baik, kemasan yang baik, kemudian ditempel dengan brand yang bagus juga, harus mulai kita giring ke sana,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, generasi muda harus mulai membangunkan brand yang simpel dan mudah diingat untuk mereka. Produk industri rumah tangga dan usaha kecil mikro ini, lanjut Presiden, sudah bagus, hanya perlu sedikit sentuhan.
“Tapi siapa yang menyentuh mereka? Pemerintah enggak mungkin, enggak punya kemampuan untuk itu. Ini harus orang-orang yang memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat, yang memiliki pengetahuan bagaimana membangun brand, yang memiliki pengetahuan bagaimana mengemas sebuah produk, sehingga ada value di situ, ada nilai yang lebih di situ,” ujar Presiden.
Presiden menilai, ini adalah pekerjaan anak-anak muda yang sudah terjun ke digital startup, untuk menggabung ekosistem online dengan offline.
“Ekosistem online memang harus sambung dengan ekosistem offline, disambung. Jadi Saudara-saudara akan mendapat pahala besar, selain untungnya besar juga, karena meningkatkan taraf hidup, usaha-usaha rumah tangga melonjak, memiliki brand, memiliki kemasan, dan bisa masuk, syukur-syukur bisa masuk ke global marketplace,” ucap Presiden.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menkominfo Rudiantara, Kepala Bekraf Triawan Munaf, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki, dan Wesley Harjono (CFO Gan Kapital dan President Director Plug and Play Indonesia).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar