Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat penerimaan negarasementara hingga 31 Desember 2018 sebesar Rp 1.942,3 triliun. Nilai tersebut melebih target dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2018 yang sebesar Rp 1.894,7 triliun.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, dengan capaian tersebut maka penerimaan negara sudah tercapai 102,5 persen. Sedangkan, dibandingkan tahun lalu, penerimaan negara tumbuh 16,6 persen yang mana tahun 2017 sebesar Rp 1.736,1 triliun.
"Ini adalah suatu hasil yang sangat baik. Kalau kita lihat ke belakang, APBN 2018 adalah yang pernah mengalami realisasi lebih besar dari UU APBN nya. Jadi pertama kali lagi APBN kita bisa mencapai lebih besar semenjak 2012," ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Wanita yang akrab disapa Ani ini melanjutkan, penerimaan ini disumbang oleh penerimaan pajak yang realisasi hingga 31 Desember sebesar Rp 1.521,4 triliun. Jumlah itu tercapai 94 persen dibandingkan target APBN sebesar Rp 1.618,1 triliun.
Sedangkan, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga melampaui dari target APBN. Tercatat, hingga 31 Desember 2018 PNBP sebesar Rp 407,1 triliun atau lampaui 147,8 persen dari target Rp 275,4 triliun.
"Penerimaan perpajakan kita tumbuhnya sangat tinggi dibanding tahun lalu yaitu 13,2 persen. Jauh lebih tinggi dari kenaikan GDP kita yang tumbuh 5,15 persen. Dan jauh lebih tinggi dari 2017 yang pertumbuhannya hanya 4,6 persen," tutur dia.
Sementara, tambah Sri Mulyani, penerimaan negara juga disumbang oleh realisasi penerimaan hibah hingga 31 Desember 2018 melampaui target cukup tajam hingga 1.161,4 persen dari target APBN.
"Penerimaan hibah juga mengalami kenaikan cukup tajam. Dari tadinya diperkirakan Rp 1,2 triliun, realisasinya Rp 13,9 triliun atau dalam hal ini persentasenya 1.116 persen dari original," pungkas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar