Presiden Joko Widodo mengemukakan, pemerintah dalam 4,5 tahun ini sengaja memilih fokus membangun infrastruktur. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi dipilih karena stok infrastruktur kita memang masih sangat rendah sekali.
“Kalah jauh dengan negara-negara tetangga,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada pembukaan Sidang ke-51 Tanwir Muhammadiyah, di Balai Raya Semarak, Gedung Daerah Provinsi Bengkulu, Jumat (15/02/2019) pagi.
Diakui Presiden, pada tahun 1979, saat kita membangun Tol Jagorawi, dari Jakarta menuju Bogor dan Ciawi, banyak negara melihat dan datang ke Indonesia. Kepala Negara mengungkapkan bahwa Malaysia melihat bagaimana Indonesia membangun jalan tol Jagorawi. Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa Thailand, Filipina melihat bagaimana manajemen Jagorawi serta Vietnam, China melihat bagaimana konstruksi dan pengelolaan Jagorawi.
Namun, setelah 40 tahun, negara yang tadinya melihat Indonesia banyak yang sudah jauh meninggalkan dalam pembangunan infrastruktur ini. Jika selama 40 tahun Indonesia membangun 780 kilometer (km) jalan tol, sambung Presiden, Malaysia yang dulu melihat Indonesia, sekarang sudah membangun kurang lebih 1.800 km jalan tol. Dan bahkan ini yang paling ekstrem, lanjut Presiden, Tiongkok, China telah membangun 280.000 km jalan tol.
“Apa yang saya lihat dari peristiwa ini? Kita sering memiliki ide dan gagasan, kemudian kita juga sering memulai yang pertama seperti juga Otorita Batam, termasuk kita yang pertama saat itu, tapi tindak lanjut dari itu kita selalu terseok-seok,” ujar Presiden.
Saat meninjau di lapangan, Presiden melihat penyebab kita lamban dalam pembangunan, utamanya jalan, bukan hanya jalan tol, tapi jalan. Yang paling banyak, sambung Presiden, menyebabkan terhambat adalah pembebasan lahan.
Ia menunjuk satu contoh saja, pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang terhenti lebih dari 9 tahun. Setelah dirinya masuk ke dalam, melihat di lapangan, problemnya ada di pembebasan lahan.
Di situ, menurut Presiden, ada 2 hal yang menyebabkan pembangunan jalan berhenti dan tidak bisa diteruskan. Satu, tambah Presiden, yaitu jalan tersebut lewat hutan koservasi. “Saat itu saya telepon ke Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, apakah hal seperti ini tidak bisa diatasi? Oh bisa Pak, ada payung hukumnya, dimungkinkan. Ya sudah saya beri waktu 2 minggu untuk diselesaikan. Ternyata juga bisa diselesaikan dengan payung hukum yang ada,” ungkapnya.
Yang kedua, berhenti lagi karena lahannya lahan Kodam sehingga tidak ada yang berani lewat. “Saya telepon lagi Panglima TNI. Panglima ini ada masalah. Saya beri waktu 2 minggu untuk menyelesaikan. Enggak ada seminggu juga udah rampung,” papar Presiden.
Hal-hal seperti itu, menurut Presiden, yang menyebabkan keterlambatan Indonesia dalam proses-proses pembangunan. Tidak hanya jalan tol, tambah Presiden, juga pelabuhan, airport, dan pembangunan-pembangunan yang lainnya. Ia menambahkan bahwa hal-hal kecil yang menyebabkan sebuah pembangunan itu berhenti.
Rendah Sekali
Presiden menjelaskan alasan pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur. Ia menyebutkan, kalau melihat stok infrastruktur Indonesia memang masih sangat rendah sekali dan kalah jauh dengan negara-negara tetangga.
Yang kedua juga biaya transportasi, biaya logistik kita dibanding Singapura sama Malaysia aja yang deket, 2,5 kali lipat. “Artinya, daya saing kita rendah. Daya saing negara kita menjadi rendah,” ujar Presiden.
Mengenai tudingan pemerintah hanya membangun infrastruktur yang besar-besar, Presiden mengemukakan, yang kecil-kecil itu dibangun melalui Dana Desa.
Dari Dana Desa yang telah diberikan ke desa-desa, menurut Presiden, telah dibangun infrastruktur-infrastruktur dasar bagi rakyat yang ada di desa. “Jalan, jalan kecil-kecil yang ada di desa telah terbangun 191.000 km jalan-jalan yang ada di desa,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Presiden, dibangun juga dari Dana Desa sebanyak 58.000 unit irigasi, 8.900 pasar desa, air bersih, sanitasi, dan banyak sekali yang lain-lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
“Artinya, infrastruktur tidak hanya urusan jalan tol, tidak hanya urusan airport, tidak hanya urusan pelabuhan, tetapi juga jalan-jalan yang ada di desa-desa itu juga terlihat sekarang ini perubahannya, terlihat sekarang ini pembangunannya karena memang telah kita gelontorkan Rp187 triliun sampai akhir 2018 kemarin,” ungkap Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menkominfo Rudiantara, Mendikbud Muhadjir Effendy, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, dan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar